Nama : Destama Bagus Panuntun
Kelas : 4EA14
NPM : 11215732
Meraup
Devisa Wisata dari Pertemuan IMF-WBG
Pelan tapi pasti, kontribusi pariwisata dalam
menyumbang devisa semakin meningkat. Buktinya pada 2017, sektor ini mampu
menyumbang devisa sebesar US$ 16,8 miliar, menempatkannya pada tiga besar
penyumbang devisa, selain minyak sawit, serta minyak dan gas bumi (migas).
Namun dibandingkan dengan negara lain di Asean seperti Thailand, Malaysia, dan
Singapura, sektor pariwisata kita masih jauh tertinggal.
Harapan mendorong sektor ini untuk berkiprah
lebih luas dalam mendukung perekonomian nasional masih terbuka lebar. Apalagi,
di tengah kelesuan ekonomi seperti saat ini, peranan devisa wisata sangat
penting untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Saat ini, cadangan devisa Indonesia mengalami
tekanan. Turbulensi ekonomi yang dipicu oleh normalisasi kebijakan moneter
Amerika Serikat (AS), perang dagang, dan gejolak geopolitik telah menggerus
cadangan devisa. Cadangan devisa sudah tersungkur mencapai US$ 119,8 miliar,
posisi terendah sejak Februari 2016. Sepanjang 2018, sudah terkoreksi sebesar
9,19%.
Tergerusnya
cadangan devisa merupakan dampak dari kebijakan moneter Bank Indonesia (BI)
untuk menjaga stabilitas nilai tukar, salah satunya melalui intervensi di pasar
valas. Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan (current account)
juga ikut andil mengeringkan likuiditas dolar AS. Tak ada cara lain untuk
menjaga keseimbangan ekonomi dengan meningkatkan cadangan devisa.
Pada kondisi ketidakpastian perekonomian global,
sulit menggenjot devisa dari ekspor. Faktanya, pada semester I-2018 terjadi
defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,0 miliar. Diperkirakan defisit ini
akan berlangsung cukup lama. Karena selain kebanjiran impor terutama migas,
ekspor pun sulit digenjot dalam waktu singkat. Harapan satu-satunya menggenjot
devisa hanya dari sektor pariwisata.
Momentum menggenjot devisa wisata cukup terbuka
lebar saat ini. Selain kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang terus
meningkat, Indonesia tahun ini juga kebanjiran kegiatan internasional, salah
satunya pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank Group
(IMF-WGB) yang dihelat pada 8 sampai 14 Oktober 2018 di Bali.
Pertemuan itu diprediksi akan dihadiri oleh
15.000 peserta dari berbagai negara, termasuk 22 kepala negara, 189 menteri
keuangan, dan 189 gubernur bank sentral. Dampak ekonomi dari perhelatan itu
akan dirasakan oleh Indonesia, khususnya Bali. Selain penerimaan dalam bentuk
devisa, acara ini juga meningkatkan perputaran uang.
Penulis memprediksi total perputaran uang dari
perhelatan itu mencapai US$ 288,7 juta, yang terdiri atas reservasi hotel,
akomodasi berupa makanan dan minuman, paket wisata, dan lainnya. Nilainya akan
meningkat jika delegasi yang datang memperpanjang liburannya di Bali dan tempat
wisata lainnya di Indonesia.
Perhitungan
di atas baru dari perputaran uang langsung selama acara. Nilai terbesar dari
acara itu adalah mengalirnya arus investasi ke Indonesia. Sudah hal lazim,
setiap perhelatan internasional terutama IMF-WBG Annual Meeting, ribuan
pebisnis akan datang dan aktif melakukan negosiasi bisnis. Sangat tepat,
IMF-WBG Annual Meeting dijadikan alat untuk mempromosikan
destinasi wisata di Indonesia dan menarik para investor luar negeri untuk
berinvestasi di sana.
Menjadikan
Sektor Unggulan
Berbeda dengan negara lain seperti Thailand,
Malaysia, dan Singapura yang piawai menarik devisa wisata melalui kunjungan
wisman, Indonesia belum sampai ke level itu. Hal ini bisa dilihat dari
perbedaan jumlah kunjungan wisman. Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan
dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Thailand tertinggi dalam jumlah
kunjungan wisman, yaitu 32,5 juta orang, disusul Malaysia sebanyak 26,7 juta
orang, dan Singapura sebanyak 16,4 juta orang. Sedangkan Indonesia pada 2017
baru mencapai 14 juta orang.
Thailand salah satu rujukan negara yang berhasil
mengelola devisanya melalui pengembangan pariwisata. Ketika ada gejolak,
perekonomian Thailand masih kuat menahannya. Devisa hasil wisatanya mampu
menjadi bantalan menghadapi gejolak itu. Buktinya, nilai tukar baht Thailand
terhadap dolar AS terkuat di kawasan Asia saat ini.
Keunggulan
Thailand adalah mereka mampu menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan (tourism
is a leading sector). Semua sektor pembangunan, seperti infrastruktur,
transportasi, pendidikan, perhotelan, dan industri fokus mendukung pengembangan
pariwisata. Indonesia belum sampai pada kondisi itu.
Saat ini momentum tepat merestrukturisasi
strategi pembangunan nasional dengan mengarahkan pada pengembangan pariwisata.
Pemerintah harus menjadikan sektor ini sebagai sektor unggulan.
Dibanding Thailand dan Malaysia, Indonesia
unggul dalam jumlah dan keelokan destinasi wisatanya. Kita memiliki keindahan
alam, aneka budaya, dan kuliner yang menjadi keunggulan komparatif untuk
menarik wisman. Namun belum digarap serius menjadi nilai tambah.
Hanya Bali yang jadi magnet wisman ke Indonesia.
Padahal kita masih punya destinasi lainnya yang sangat elok, seperti Danau
Toba, Mentawai, Bintan, Tanjung Lesung, Borobudur, Wakatobi, Labuan Bajo, Raja
Ampat, Lombok dan sebagainya. Namun destinasi ini tak didukung oleh
infrastruktur pariwisata yang baik.
Salah satu aspek yang segera dibenahi oleh
pemerintah adalah infrastruktur. Selain pengembangan infrastruktur untuk
memangkas biaya logistik dan pengembangan manufaktur, pemerintah perlu
merancang pembangunan infrastruktur untuk pariwisata. Saat ini tak banyak
pelabuhan di Indonesia yang bisa menjadi tambatan kapal pesiar. Padahal,
pariwisata kapal pesiar ini berkembang pesat dengan nilai tambah devisa yang
besar.
Fasilitas transportasi sebagai moda mengangkut
wisman masih minim. Walaupun ada, fasilitasnya tak layak. Raja Ampat misalnya,
akses menuju ke sana sangat sulit, hanya wisman tertentu yang benar-benar
datang berkunjung. Hal ini harus menjadi prioritas bagi pemerintah untuk
membenahinya.
Akhirnya, momentum IMF-WBG Annual Meeting harus
dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah jangan sekadar menjadi tuan rumah yang
baik. Kita harus mempromosikan sektor pariwisata dan menarik investor untuk
berinvestasi.
Salah
satu agenda yang akan diselenggarakan dalam AM IMF-WBG 2018adalah ASEAN Leaders Gathering (ALG)yang mengundang para Kepala Negara/Pemerintahan
ASEAN, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden World Bank, dan
Managing Director IMF. Kehadiran para pemimpin ASEAN ini menunjukkan dukungan yang solid dari ASEAN kepada Indonesia sebagai tuan
rumah AM 2018.Pembahasan di dalam ALG akan mengangkat pula isu-isu prioritas ASEAN, antara lain
menjaga stabilitas ekonomi regional dan global, investasi pada SDM, dan perkembangan ekonomi digital. Berbagai isu tersebut sangat relevan
dengan agenda dan kepentingan nasional Indonesia, dalam menjaga stabilitas ekonomi melalui reformasi struktural yang menyeluruh
guna mengatasi tantangan global, regional dan domestik.
Pembahasan topik-topik ini pada
AM IMF-WBG 2018 merupakan salah satu bentuk showcasing kita kepada dunia bahwa Indonesia telah melakukan reformasi dan memiliki pondasi
ekonomi yang kuat, serta diharapkan dapat memberikan pengalaman untuk melangkah
lebih maju dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Panitia
Nasional berharap showcase ini dapat meningkatkan kepercayaan dunia
internasional bahwa Indonesia adalah negara yang berkomitmen kuat untuk
mewujudkan masyarakat dunia yang adil, makmur,
damai dan
sejahtera. Dengan demikian, diharapkan Indonesia menjadi
tujuan investasi dan menjadi mitra kerjasama perdagangan, sehingga akan mampu
memperbesar manfaat ekonomi bagi Indonesia.
Khusus untuk digital economy,
Menteri Komunikasi dan Informatika mengutarakan showcase ekonomi digital
bertujuan membentuk Next Indonesia Unicorn. Hal ini sesuai dengan misi jangka
panjang Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy
of Asia. Indonesia saat ini telah memiliki empat unicorn (start-up digital yang
bernilai lebih dari USD1 miliar), yaitu Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan
Bukalapak. Di sisi lain, Menteri Pariwisata menyatakan AM IMF-WBG 2018 di Bali
sebagai kegiatan strategis untuk memperkenalkan dan mempromosikan destinasi
wisata Bali dan beyond kepada delegasi. Kementerian Pariwisata telah menyiapkan
60+ paket wisata unggulan di 7 destinasi utama yaitu Bali, Lombok, Yogyakarta,
Banyuwangi, Toba, Tana Toraja, dan Labuan Bajo, serta siap menangkap peluang promosi
pariwisata di segmen Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions (MICE).
Diharapkan paket-paket wisata ini akan menarikpara peserta beserta keluarga, untuk dapat datang lebih awal dan tinggal lebih lama di
Indonesia untukmenjelajah wisata Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman selaku Ketua PanNas AM IMF-WBG2018 kembali menegaskan bahwa pembiayaan event ini dilaksanakan dengan menjaga prinsip good governance,
efisiensi, tepat guna dan mengikuti standar pelaksanaan
penyelenggaraan event internasional, serta memenuhi persyaratan IMF - WB.Ketua PanNas juga menegaskan bahwa salah
satu tujuan penting penyelenggaraan AM IMF WBG di Indonesia adalah untuk
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi MICE tingkat dunia. Ditekankan pula bahwa seluruh akomodasi
dan konsumsi ditanggung sendiri oleh peserta, IMF dan WBG. Dengan
demikian, penyelenggaraan AM
IMF-WBG 2018 diharapkan mampu
meningkatkan devisa negara dan menggerakkan perekonomian Bali dan Indonesia
pada umumnya.
Gallant Venture Ltd, induk usaha PT Indomobil
Sukses Internasional Tbk (IMAS), berencana melakukan emisi global bond senilai
SIN$ 150 juta atau setara Rp 1,3 triliun. Surat utang itu berkupon 5,90% dan
akan jatuh tempo pada 2017.
Dalam keterangan resmi di Bursa Efek Singapura, Manajemen Gallant Venture mengungkapkan, obligasi tersebut akan diterbitkan dalam bentuk euro.
“Obligasi merupakan bagian dari program Euro Medium Term Note (MTN) senilai total US$ 500 juta (Rp 5,5 triliun),” ujar Manajemen, Selasa (6/5).
Sesuai rencana, penerbitan surat utang akan dilakukan pada 12 Mei 2014.
Manajemen mengaku akan menggunakan sebagian dana obligasi untuk pembayaran kembali (refinancing) pinjaman sindikasi CIMB Bank Berhad dan Standard Chartered Bank.
Dalam keterangan resmi di Bursa Efek Singapura, Manajemen Gallant Venture mengungkapkan, obligasi tersebut akan diterbitkan dalam bentuk euro.
“Obligasi merupakan bagian dari program Euro Medium Term Note (MTN) senilai total US$ 500 juta (Rp 5,5 triliun),” ujar Manajemen, Selasa (6/5).
Sesuai rencana, penerbitan surat utang akan dilakukan pada 12 Mei 2014.
Manajemen mengaku akan menggunakan sebagian dana obligasi untuk pembayaran kembali (refinancing) pinjaman sindikasi CIMB Bank Berhad dan Standard Chartered Bank.
Pesatnya pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi, direspons positif PT
Angkasa Pura II. Bandara Banyuwangi akan digelontorkan dana hingga Rp400
Miliar. Perpanjangan runway hingga perluasan parkir menjadi target utama.
“Pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi sangat cepat. Banyuwangi punya
prospek yang sangat bagus. Kondisi ini harus terus didukung. Untuk itu,
anggaran Rp400 Miliar disiapkan untuk pengembangan bandara,” ungkap Dirut PT.
Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi M. Awaluddin, Minggu (18/2).
Bandara Banyuwangi ditargetkan bisa menampung 7 pesawat. Rinciannya, 6
pesawat berbadan ramping jenis Boeing 737-500. Ditambah tempat parkir 1 pesawat badan lebar ala Boeing 747. Untuk itu, apron bandara akan diperluas jadi 1,8 hektare.
pesawat berbadan ramping jenis Boeing 737-500. Ditambah tempat parkir 1 pesawat badan lebar ala Boeing 747. Untuk itu, apron bandara akan diperluas jadi 1,8 hektare.
Diterangkan Awaluddin, alokasi anggaran untuk bandara ini sebenarnya
Rp300 Miliar. Namun, jumlah investasi ditambah Rp100 Miliar.
“Sebenarnya, anggaran pengembangan Bandara Banyuwangi Rp300 Miliar. Tapi
anggarannya sengaja kami tambah Rp100 Miliar. Kami lihat potensi besar ada di
sana, makanya digenapi menjadi Rp400 Miliar. Ke depan Bandara ini banyak
fungsinya,” lanjutnya.
Skenario besar telah disiapkan untuk Banyuwangi. Nantinya, bandara di
sana akan diplot sebagai penyangga Bandara Ngurah Rai, Bali. Utamanya untuk
pertemuan IMF-World Bank, Oktober mendatang.
Bersama Lombok, Banyuwangi akan menjadi lokasi alternatif parkir pesawat
peserta pertemuan tersebut. Menurut Awaluddin, ada keuntungan lain yang bisa
diraih dari kebijakan ini.
“Kalau semua parkir di Denpasar itu tidak mungkin. Alternatifnya
Banyuwangi dan Lombok. Mereka sekalian bisa berwisata di sana,” terangnya.
Untuk mendukung rencana itu, landasan Bandara Banyuwangi sedang
diperpanjang menjadi 2.500 meter. Nantinya, bandara ini akan memiliki lebar 30
meter. Pengembangan runway ditarget kelar Agustus. Dijelaskan Awaluddin,
panjang runway akan ditingkatkan lagi menjadi 2.800 meter dan lebar 45 pada
2019.
“Runway akan terus dikembangkan. Rencana ini harus didukung anggaran
besar. Bandara Banyuwangi akan dikembangkan jadi internasional. Jadi, para
wisman bisa langsung ke Banyuwangi,” jelasnya.
Untuk sementara, Bandara Banyuwangi masih melayani flight domestik. Ada
empat maskapai yang melayani penerbangan rute Jakarta dan Surabaya. Mereka
adalah Garuda Indonesia, Wings Air, Nam Air, dan Citilink. Total ada 14 flight
yang keluar-masuk daerah yang dijuluki The Sun Rise of Java itu.
Awaluddin pun menerangkan, potensi kerjasama dengan beberapa maskapai
internasional terus dilakukan.
“Beberapa maskapai internasional sedang dijajaki. Salah satunya Jetstar
dari Australia. Pihak Jetstar sangat tertarik. Mereka bahkan sudah buat analisa
dan kajian-kajian. Survey lapangan juga sudah dilakukan. Jetstar juga meminta
penambahan fasilitas bandara, seperti counter keimigrasian,” terangnya.
Potensi rute internasional ke Malaysia dan Singapura juga digali. Geliat
bandara milik The Sun Rise of Java sebanding dengan arus masuk wismannya.
Pada 2017 lalu, sekitar 91.000 wisman masuk Banyuwangi. Padahal, pada
2010 kunjungan wisaman hanya tercatat 5.205 orang. Peningkatan ini membuat
Banyuwangi mampu meraup devisa hingga Rp546 Miliar.
Perkembangan tadi langsung direspon Menteri Pariwisata Arief Yahya.
“Kemampuan Banyuwangi mendatangkan wisatawan sangat bagus. Hampir
100.000 wisman setahun. Angka ini sangat bagus, terutama bagi industri
penerbangan. Sebab, pariwisata Banyuwangi baru saja berbenah,” jelas Menpar.
Lonjakan besar juga terjadi pada wisnus. Angka 497.000 wisnus di 2010,
melonjak jadi 4,01 juta orang pada 2016.
Menurut Menpar, destinasi Banyuwangi sangat memenuhi 3A, yaitu amenitas,
aksesibilitas, dan atraksi.
BERITASATU.COM