Jumat, 19 Oktober 2018

Meraup Devisa Wisata dari Pertemuan IMF-WBG


Nama : Destama Bagus Panuntun
Kelas : 4EA14
NPM : 11215732

Meraup Devisa Wisata dari Pertemuan IMF-WBG


Pelan tapi pasti, kontribusi pariwisata dalam menyumbang devisa semakin meningkat. Buktinya pada 2017, sektor ini mampu menyumbang devisa sebesar US$ 16,8 miliar, menempatkannya pada tiga besar penyumbang devisa, selain minyak sawit, serta minyak dan gas bumi (migas). Namun dibandingkan dengan negara lain di Asean seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, sektor pariwisata kita masih jauh tertinggal.
Harapan mendorong sektor ini untuk berkiprah lebih luas dalam mendukung perekonomian nasional masih terbuka lebar. Apalagi, di tengah kelesuan ekonomi seperti saat ini, peranan devisa wisata sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Saat ini, cadangan devisa Indonesia mengalami tekanan. Turbulensi ekonomi yang dipicu oleh normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), perang dagang, dan gejolak geopolitik telah menggerus cadangan devisa. Cadangan devisa sudah tersungkur mencapai US$ 119,8 miliar, posisi terendah sejak Februari 2016. Sepanjang 2018, sudah terkoreksi sebesar 9,19%.
Tergerusnya cadangan devisa merupakan dampak dari kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar, salah satunya melalui intervensi di pasar valas. Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan (current account) juga ikut andil mengeringkan likuiditas dolar AS. Tak ada cara lain untuk menjaga keseimbangan ekonomi dengan meningkatkan cadangan devisa.
Pada kondisi ketidakpastian perekonomian global, sulit menggenjot devisa dari ekspor. Faktanya, pada semester I-2018 terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,0 miliar. Diperkirakan defisit ini akan berlangsung cukup lama. Karena selain kebanjiran impor terutama migas, ekspor pun sulit digenjot dalam waktu singkat. Harapan satu-satunya menggenjot devisa hanya dari sektor pariwisata.
Momentum menggenjot devisa wisata cukup terbuka lebar saat ini. Selain kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang terus meningkat, Indonesia tahun ini juga kebanjiran kegiatan internasional, salah satunya pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank Group (IMF-WGB) yang dihelat pada 8 sampai 14 Oktober 2018 di Bali.
Pertemuan itu diprediksi akan dihadiri oleh 15.000 peserta dari berbagai negara, termasuk 22 kepala negara, 189 menteri keuangan, dan 189 gubernur bank sentral. Dampak ekonomi dari perhelatan itu akan dirasakan oleh Indonesia, khususnya Bali. Selain penerimaan dalam bentuk devisa, acara ini juga meningkatkan perputaran uang.
Penulis memprediksi total perputaran uang dari perhelatan itu mencapai US$ 288,7 juta, yang terdiri atas reservasi hotel, akomodasi berupa makanan dan minuman, paket wisata, dan lainnya. Nilainya akan meningkat jika delegasi yang datang memperpanjang liburannya di Bali dan tempat wisata lainnya di Indonesia.
Perhitungan di atas baru dari perputaran uang langsung selama acara. Nilai terbesar dari acara itu adalah mengalirnya arus investasi ke Indonesia. Sudah hal lazim, setiap perhelatan internasional terutama IMF-WBG Annual Meeting, ribuan pebisnis akan datang dan aktif melakukan negosiasi bisnis. Sangat tepat, IMF-WBG Annual Meeting dijadikan alat untuk mempromosikan destinasi wisata di Indonesia dan menarik para investor luar negeri untuk berinvestasi di sana.
Menjadikan Sektor Unggulan
Berbeda dengan negara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura yang piawai menarik devisa wisata melalui kunjungan wisman, Indonesia belum sampai ke level itu. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan jumlah kunjungan wisman. Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Thailand tertinggi dalam jumlah kunjungan wisman, yaitu 32,5 juta orang, disusul Malaysia sebanyak 26,7 juta orang, dan Singapura sebanyak 16,4 juta orang. Sedangkan Indonesia pada 2017 baru mencapai 14 juta orang.
Thailand salah satu rujukan negara yang berhasil mengelola devisanya melalui pengembangan pariwisata. Ketika ada gejolak, perekonomian Thailand masih kuat menahannya. Devisa hasil wisatanya mampu menjadi bantalan menghadapi gejolak itu. Buktinya, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS terkuat di kawasan Asia saat ini.
Keunggulan Thailand adalah mereka mampu menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan (tourism is a leading sector). Semua sektor pembangunan, seperti infrastruktur, transportasi, pendidikan, perhotelan, dan industri fokus mendukung pengembangan pariwisata. Indonesia belum sampai pada kondisi itu.
Saat ini momentum tepat merestrukturisasi strategi pembangunan nasional dengan mengarahkan pada pengembangan pariwisata. Pemerintah harus menjadikan sektor ini sebagai sektor unggulan.
Dibanding Thailand dan Malaysia, Indonesia unggul dalam jumlah dan keelokan destinasi wisatanya. Kita memiliki keindahan alam, aneka budaya, dan kuliner yang menjadi keunggulan komparatif untuk menarik wisman. Namun belum digarap serius menjadi nilai tambah.
Hanya Bali yang jadi magnet wisman ke Indonesia. Padahal kita masih punya destinasi lainnya yang sangat elok, seperti Danau Toba, Mentawai, Bintan, Tanjung Lesung, Borobudur, Wakatobi, Labuan Bajo, Raja Ampat, Lombok dan sebagainya. Namun destinasi ini tak didukung oleh infrastruktur pariwisata yang baik.
Salah satu aspek yang segera dibenahi oleh pemerintah adalah infrastruktur. Selain pengembangan infrastruktur untuk memangkas biaya logistik dan pengembangan manufaktur, pemerintah perlu merancang pembangunan infrastruktur untuk pariwisata. Saat ini tak banyak pelabuhan di Indonesia yang bisa menjadi tambatan kapal pesiar. Padahal, pariwisata kapal pesiar ini berkembang pesat dengan nilai tambah devisa yang besar.
Fasilitas transportasi sebagai moda mengangkut wisman masih minim. Walaupun ada, fasilitasnya tak layak. Raja Ampat misalnya, akses menuju ke sana sangat sulit, hanya wisman tertentu yang benar-benar datang berkunjung. Hal ini harus menjadi prioritas bagi pemerintah untuk membenahinya.
Akhirnya, momentum IMF-WBG Annual Meeting harus dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah jangan sekadar menjadi tuan rumah yang baik. Kita harus mempromosikan sektor pariwisata dan menarik investor untuk berinvestasi.

Salah satu agenda yang akan diselenggarakan dalam AM IMF-WBG 2018adalah ASEAN Leaders Gathering (ALG)yang mengundang para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden World Bank, dan Managing Director IMF. Kehadiran para pemimpin ASEAN ini menunjukkan dukungan yang solid dari ASEAN kepada Indonesia sebagai tuan rumah AM 2018.Pembahasan di dalam ALG akan mengangkat pula isu-isu prioritas ASEAN, antara lain menjaga stabilitas ekonomi regional dan global, investasi pada SDM, dan perkembangan ekonomi digital. Berbagai isu tersebut sangat relevan dengan agenda dan kepentingan nasional Indonesia, dalam menjaga stabilitas ekonomi melalui reformasi struktural yang menyeluruh guna mengatasi tantangan global, regional dan domestik. 
Pembahasan topik-topik ini pada AM IMF-WBG 2018 merupakan salah satu bentuk showcasing kita kepada dunia bahwa Indonesia telah melakukan reformasi dan memiliki pondasi ekonomi yang kuat, serta diharapkan dapat memberikan pengalaman untuk melangkah lebih maju dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Panitia Nasional berharap showcase ini dapat meningkatkan kepercayaan dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang berkomitmen kuat untuk mewujudkan masyarakat dunia yang adil, makmur, damai dan sejahtera. Dengan demikian, diharapkan Indonesia menjadi tujuan investasi dan menjadi mitra kerjasama perdagangan, sehingga akan mampu memperbesar manfaat ekonomi bagi Indonesia.
Khusus untuk digital economy, Menteri Komunikasi dan Informatika mengutarakan showcase ekonomi digital bertujuan membentuk Next Indonesia Unicorn. Hal ini sesuai dengan misi jangka panjang Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia. Indonesia saat ini telah memiliki empat unicorn (start-up digital yang bernilai lebih dari USD1 miliar), yaitu Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Di sisi lain, Menteri Pariwisata menyatakan AM IMF-WBG 2018 di Bali sebagai kegiatan strategis untuk memperkenalkan dan mempromosikan destinasi wisata Bali dan beyond kepada delegasi. Kementerian Pariwisata telah menyiapkan 60+ paket wisata unggulan di 7 destinasi utama yaitu Bali, Lombok, Yogyakarta, Banyuwangi, Toba, Tana Toraja, dan Labuan Bajo, serta siap menangkap peluang promosi pariwisata di segmen Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions (MICE). Diharapkan paket-paket wisata ini akan menarikpara peserta beserta keluarga, untuk dapat datang lebih awal dan tinggal lebih lama di Indonesia untukmenjelajah wisata Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman selaku Ketua PanNas AM IMF-WBG2018 kembali menegaskan bahwa pembiayaan event ini dilaksanakan dengan menjaga prinsip good governance, efisiensi, tepat guna dan mengikuti standar pelaksanaan penyelenggaraan event internasional, serta memenuhi persyaratan IMF - WB.Ketua PanNas juga menegaskan bahwa salah satu tujuan penting penyelenggaraan AM IMF WBG di Indonesia adalah untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi MICE tingkat dunia. Ditekankan pula bahwa seluruh akomodasi dan konsumsi ditanggung sendiri oleh peserta, IMF dan WBG. Dengan demikian, penyelenggaraan AM IMF-WBG 2018 diharapkan mampu meningkatkan devisa negara dan menggerakkan perekonomian Bali dan Indonesia pada umumnya.
Gallant Venture Ltd, induk usaha PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), berencana melakukan emisi global bond senilai SIN$ 150 juta atau setara Rp 1,3 triliun. Surat utang itu berkupon 5,90% dan akan jatuh tempo pada 2017.

Dalam keterangan resmi di Bursa Efek Singapura, Manajemen Gallant Venture mengungkapkan, obligasi tersebut akan diterbitkan dalam bentuk euro.

“Obligasi merupakan bagian dari program Euro Medium Term Note (MTN) senilai total US$ 500 juta (Rp 5,5 triliun),” ujar Manajemen, Selasa (6/5).

Sesuai rencana, penerbitan surat utang akan dilakukan pada 12 Mei 2014.

Manajemen mengaku akan menggunakan sebagian dana obligasi untuk pembayaran kembali (refinancing) pinjaman sindikasi CIMB Bank Berhad dan Standard Chartered Bank.

Pesatnya pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi, direspons positif PT Angkasa Pura II. Bandara Banyuwangi akan digelontorkan dana hingga Rp400 Miliar. Perpanjangan runway hingga perluasan parkir menjadi target utama.
“Pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi sangat cepat. Banyuwangi punya prospek yang sangat bagus. Kondisi ini harus terus didukung. Untuk itu, anggaran Rp400 Miliar disiapkan untuk pengembangan bandara,” ungkap Dirut PT. Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi M. Awaluddin, Minggu (18/2).
Bandara Banyuwangi ditargetkan bisa menampung 7 pesawat. Rinciannya, 6
pesawat berbadan ramping jenis Boeing 737-500. Ditambah tempat parkir 1 pesawat badan lebar ala Boeing 747. Untuk itu, apron bandara akan diperluas jadi 1,8 hektare.
Diterangkan Awaluddin, alokasi anggaran untuk bandara ini sebenarnya Rp300 Miliar. Namun, jumlah investasi ditambah Rp100 Miliar.
“Sebenarnya, anggaran pengembangan Bandara Banyuwangi Rp300 Miliar. Tapi anggarannya sengaja kami tambah Rp100 Miliar. Kami lihat potensi besar ada di sana, makanya digenapi menjadi Rp400 Miliar. Ke depan Bandara ini banyak fungsinya,” lanjutnya.
Skenario besar telah disiapkan untuk Banyuwangi. Nantinya, bandara di sana akan diplot sebagai penyangga Bandara Ngurah Rai, Bali. Utamanya untuk pertemuan IMF-World Bank, Oktober mendatang.
Bersama Lombok, Banyuwangi akan menjadi lokasi alternatif parkir pesawat peserta pertemuan tersebut. Menurut Awaluddin, ada keuntungan lain yang bisa diraih dari kebijakan ini.
“Kalau semua parkir di Denpasar itu tidak mungkin. Alternatifnya Banyuwangi dan Lombok. Mereka sekalian bisa berwisata di sana,” terangnya.
Untuk mendukung rencana itu, landasan Bandara Banyuwangi sedang diperpanjang menjadi 2.500 meter. Nantinya, bandara ini akan memiliki lebar 30 meter. Pengembangan runway ditarget kelar Agustus. Dijelaskan Awaluddin, panjang runway akan ditingkatkan lagi menjadi 2.800 meter dan lebar 45 pada 2019.
“Runway akan terus dikembangkan. Rencana ini harus didukung anggaran besar. Bandara Banyuwangi akan dikembangkan jadi internasional. Jadi, para wisman bisa langsung ke Banyuwangi,” jelasnya.
Untuk sementara, Bandara Banyuwangi masih melayani flight domestik. Ada empat maskapai yang melayani penerbangan rute Jakarta dan Surabaya. Mereka adalah Garuda Indonesia, Wings Air, Nam Air, dan Citilink. Total ada 14 flight yang keluar-masuk daerah yang dijuluki The Sun Rise of Java itu.
Awaluddin pun menerangkan, potensi kerjasama dengan beberapa maskapai internasional terus dilakukan.
“Beberapa maskapai internasional sedang dijajaki. Salah satunya Jetstar dari Australia. Pihak Jetstar sangat tertarik. Mereka bahkan sudah buat analisa dan kajian-kajian. Survey lapangan juga sudah dilakukan. Jetstar juga meminta penambahan fasilitas bandara, seperti counter keimigrasian,” terangnya.
Potensi rute internasional ke Malaysia dan Singapura juga digali. Geliat bandara milik The Sun Rise of Java sebanding dengan arus masuk wismannya.
Pada 2017 lalu, sekitar 91.000 wisman masuk Banyuwangi. Padahal, pada 2010 kunjungan wisaman hanya tercatat 5.205 orang. Peningkatan ini membuat Banyuwangi mampu meraup devisa hingga Rp546 Miliar.
Perkembangan tadi langsung direspon Menteri Pariwisata Arief Yahya.
“Kemampuan Banyuwangi mendatangkan wisatawan sangat bagus. Hampir 100.000 wisman setahun. Angka ini sangat bagus, terutama bagi industri penerbangan. Sebab, pariwisata Banyuwangi baru saja berbenah,” jelas Menpar.
Lonjakan besar juga terjadi pada wisnus. Angka 497.000 wisnus di 2010, melonjak jadi 4,01 juta orang pada 2016.
Menurut Menpar, destinasi Banyuwangi sangat memenuhi 3A, yaitu amenitas, aksesibilitas, dan atraksi.


BERITASATU.COM

Minggu, 01 April 2018

Polres Bogor Amankan 7 Orang Terkait Bakso Oplosan Daging Babi

https://regional.kompas.com/read/2017/05/30/14192801/polres.bogor.amankan.7.orang.terkait.bakso.oplosan.daging.babi
https://regional.kompas.com/read/2017/05/30/14192801/polres.bogor.amankan.7.orang.terkait.bakso.oplosan.daging.babi


Komentar :

1. Harga bahan baku yang meningkat menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan pada saat melakukan produksi menjadi meningkat, sedangkan harga jual tidak mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan banyak para pelaku bisnis terutama pedagang melakukan kecurangan untuk menyeimbangkan kenaikan harga bahan baku agar tidak menyebabkan ongkos produksi ikut meningkat. Mulai dari mengurangi jumlah bahan baku, penggunaan bahan kimia agar lebih awet bahkan menggunakan zat yang dapat membahayakan tubuh. Tidak hanya tahu tetapi masih banyak kecurangan lain yang dilakukan pedagang makanan lainnya.

2. Pihak kepolisian harus menindak tegas para penjual nakal tersebut, dan kita sebagai masyarakat harus berhati-hati daalam membeli makanan.


Solusi atas kasus diatas :

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/15/04/16/nmwq76-begini-cara-sederhana-deteksi-bakso-oplosan-babi
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/15/04/16/nmwq76-begini-cara-sederhana-deteksi-bakso-oplosan-babi